Jumaat, 20 Jun 2008

Kedatangan Warga-warga Arab Menyebarkan Islam di Nusantara

Warga-warga Arab di Indonesia


Dalam dunia islam, baik dari sunni mapun syiah, di arab maupun di luar arab, bertarikat ataupun tidak, dikenal dengan adanya golongan-golongan yang mengaku sebagai ahlul bayt, atau sebagai keturunan nabi. Dengan berbagai silsilah yang dinyatakan sebagai yang paling valid atau benar, mereka banyak yang diagung-agungkan oleh ummat. Dalam sejarah Hejaz, keturunan nabi ini hingga abad ke-20 memegang peranan penting dalam pemerintahan arab bahkan setelah keruntuhan Turki. Semenjak masa-masa sebelumnya mereka ini mendapat tempat khusus dimata penduduk Hejaz. Mereka dibaiat menjadi penguasa dan imam serta pelindung tanah suci,

Dalam tatanan Hejaz, mereka diberikan sebutan Syarif untuk laki-laki dan Syarifah untuk perempuan. Sedangkan diluar Hejaz, dari beberapa golongan ada yang memberikan title Sayyid dan Sayyidah, atau juga dengan sebutan Habaib, dan lain sebagainya untuk memberikan satu tanda bahwa mereka yang diberikan titlr ini dianggap masih memiliki kaitan darah dengan nabi Muhammad saw.

Rabithah Alawiyah :: dalam artikel onlinenya, menyatakan bahwa menurut Sayyid Muhammad Ahmad al-Syatri dalam bukunya Sirah al-Salaf Min Bani Alawi al-Husainiyyin, para salaf kaum ‘Alawi di Hadramaut dibagi menjadi empat tahap yang masing-masing tahap mempunyai gelar tersendiri. Gelar yang diberikan oleh masyarakat Hadramaut kepada tokoh-tokoh besar Alawiyin ialah :

IMAM (dari abad III H sampai abad VII H). Tahap ini ditandai perjuangan keras Ahmad al-Muhajir dan keluarganya untuk menghadapi kaum khariji. Menjelang akhir abad 12 keturunan Ahmad al-Muhajir tinggal beberapa orang saja. Pada tahap ini tokoh-tokohnya adalah Imam Ahmad al-Muhajir, Imam Ubaidillah, Imam Alwi bin Ubaidillah, Bashri, Jadid, Imam Salim bin Bashri.

SYAIKH (dari abad VII H sampai abad XI H). Tahapan ini dimulai dengan munculnya Muhammad al-Faqih al-Muqaddam yang ditandai dengan berkembangnya tasawuf, bidang perekonomian dan mulai berkembangnya jumlah keturunan al-Muhajir. Pada masa ini terdapat beberapa tokoh besar seperti Muhammad al-Faqih al-Muqaddam sendiri. Ia lahir, dibesarkan dan wafat di Tarim.

HABIB (dari pertengahan abad XI sampai abad XIV). Tahap ini ditandai dengan mulai membanjirnya hijrah kaum ‘Alawi keluar Hadramaut. Dan di antara mereka ada yang mendirikan kerajaan atau kesultanan yang peninggalannya masih dapat disaksikan hingga kini, di antaranya kerajaan Alaydrus di Surrat (India), kesultanan al-Qadri di kepulauan Komoro dan Pontianak, al-Syahab di Siak dan Bafaqih di Filipina. Tokoh utama ‘Alawi masa ini adalah Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad yang mempunyai daya pikir, daya ingat dan kemampuan menghafalnya yang luar biasa, juga terdapat Habib Abdurahman bin Abdullah Bilfaqih, Habib Muhsin bin Alwi al-Saqqaf, Habib Husain bin syaikh Abu Bakar bin Salim, Habib Hasan bin Soleh al-Bahar, Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.

SAYYID (mulai dari awal abad XIV ). Tahap ini ditandai kemunduran kecermelangan kaum ‘Alawi. Di antara para tokoh tahap ini ialah Imam Ali bin Muhammad al-Habsyi, Imam Ahmad bin Hasan al-Attas, Allamah Abu Bakar bin Abdurahman Syahab, Habib Muhammad bin Thahir al-Haddad, Habib Husain bin Hamid al-Muhdhar. Sejarawan Hadramaut Muhammad Bamuthrif mengatakan bahwa Alawiyin atau qabilah Ba’alawi dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Qabilah Alawiyin di Hadramaut dianggap orang Yaman karena mereka tidak berkumpul kecuali di Yaman dan sebelumnya tidak terkenal di luar Yaman.

Jauh sebelum itu, yaitu pada abad-abad pertama hijriah julukan Alawi digunakan oleh setiap orang yang bernasab kepada Imam Ali bin Abi Thalib, baik nasab atau keturunan dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti persahabatan akrab. Kemudian sebutan itu (Alawi) hanya khusus berlaku bagi anak cucu keturunan Imam al-Hasan dan Imam al-Husein. Dalam perjalanan waktu berabad-abad akhirnya sebutan Alawi hanya berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Alwi bin Ubaidillah. Alwi adalah anak pertama dari cucu-cucu Imam Ahmad bin Isa yang lahir di Hadramaut. Keturunan Ahmad bin Isa yang menetap di Hadramaut ini dinamakan Alawiyin diambil dari nama cucu beliau Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang dimakamkan di kota Sumul.

Kaum Arab, terutama yang beragama islam telah sejak berabad lamanya melakukan perniagaan dengan berbagai negara didunia, yang selanjutnya menciptakan jalur-jalur perdagangan dan komunitas-komunitas Arab baru diberbagai negara. Dalam berbagai sejarah dinyatakan bahwa kaum Arab yang datang ke Indonesia merupakan koloni Arab dari daerah sekitar Yaman dan Persia. Namun, yang dinyatakan berperan paling penting dan ini diperlihatkan dengan jenis madhab yang ada di Indonesia, dimungkinkan adalah dari Hadramaut. Dan orang-orang Hadramaut ini diperkirakan telah sampai ke Indonesia semenjak abad pertengahan (abad ke-13) sesudah adanya huru-hara di Baghdad.

Secara umum, tujuan awal kedatangan mereka adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah, dan kemudian berangsur-angsur mulai menetap dan berkeluarga dengan masyarakat setempat. Dari mereka inilah kemudian muncul banyak tokoh dakwah yang termaktub dalam team Walisongo dan banyak tokoh dakwah islam hingga masa sekarang. Walaupun masih ada pendapat lain seperti menyebut dari Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, tampaknya itu semua adalah jalur penyebaran para Mubaligh dari Hadramawt yang sebagian besarnya adalah kaum Sayyid (Syarif). Beberapa buktinya (no 1 dan 2) adalah sebagian dari yang telah dikumpulkan oleh penulis Muhammad Al Baqir dalam Thariqah Menuju Kebahagiaan:

  1. L.W.C Van Den Berg dalam bukunya Le Hadramawt et Les Colonies Arabes dans l’Archipel Indien (1886) mengatakan:”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar diantara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramawt (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (yakni kaum Sayyid Syarif Hadramaut) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”
  2. Dalam buku yang sama hal 192-204, Van Den Berg menulis:”Pada abad XV, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab mengikuti jejak nenek moyangnya.” Perhatikanlah tulisan Van Den Berg ini yang spesifik menyebut abad XV, yang merupakan abad spesifik kedatangan dan / atau kelahiran sebagian besar Wali Songo di pulau Jawa. Abad XV ini jauh lebih awal dari abad XVIII yang merupakan kedatangan kaum Hadramawt gelombang berikutnya yaitu mereka yang sekarang kita kenal bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga hadramawt lainnya.
  3. Hingga saat ini Umat Islam di Hadramawt bermadzhab Syafi’ie sama seperti mayoritas di Ceylon, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Sedangkan Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, kemudian Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) mayoritasnya bermadzhab Hanafi.
  4. Bahasa para pedagang Muslim yang datang ke Asia Tenggara (utamanya Malaka dan Nusantara) dinamakan bahasa Malay (Melayu) karena para pedagang dan Mubaligh yang datang di abad 14-15 sebagian besar datang dari pesisir India Barat yaitu Gujarat dan Malabar, yang mana orang-orang Malabar (sekarang termasuk neg. bagian Kerala) mempunyai bahasa Malayalam, walaupun asal-usul mereka adalah keturunan dari Hadramawt mengingat kesamaan madzhab Syafi’ie yang sangat spesifik dengan pengamalan tasawuf dan penghormatan kepada Ahlul Bait. Satu kitab fiqh mazhab Syafi’ie yang sangat popular di Indonesia Fathul Muin pengarangnya bahkan Zainuddin Al Malabary (berasal dari tanah Malabar), satu kitab fiqh yang sangat unik karena juga memasukkan pendapat kaum Sufi, bukan hanya pendapat kaum Fuqaha.
  5. Satu bukti yang sangat akurat adalah kesamaan Madzhab Syafi’ie dengan corak tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait yang sangat kental seperti kewajiban mengadakan Mawlid, membaca Diba & Barzanji, membaca beragam Sholawat Nabi, membaca doa Nur Nubuwwah (yang juga berisi doa keutamaan tentang cucu Rasul, Hasan dan Husayn) dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramawt, Mesir, Gujarat, Malabar, Ceylon, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Pengecualian mungkin hanya terhadap kaum Kurdistan di segitiga perbatasan Iraq, Turki dan Iran, yang mana mereka juga bermadzhab Syafi’ie dengan corak Tasawuf yang sangat kuat dan mengutamakan ahlul bait (Kitab Mawlid Barzanji dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jilani adalah karya Ulama mereka Syekh Ja’far Barzanji) tapi tinggal di daerah pedalaman dan pegunungan, bukan pesisir seperti lainnya. Analisis sejarah diatas menandakan agama Islam dari madzhab dan corak ini sebagian besarnya disebarkan melalui jalur pelayaran dan perdagangan dan berasal dari satu sumber yaitu Hadramawt, karena Hadramawt adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’ie dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan ahlul bait.
  6. Di abad 15 Raja-raja Jawa (yang berkerabat dengan Walisongo) seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar, yang mana di abad 14 di Gujarat sudah dikenal keluarga besar Jamaluddin Akbar cucu keluarga besar Datuk Azhimat Khan (Abdullah Khan) putra Abdul Malik putra Alwi putra Muhammad Shahib Mirbath Ulama besar Hadramawt Abad 13M. Keluarga besar ini sudah sangat terkenal sebagai Mubaligh Musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.

Keturunan Arab Hadramawt di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi) keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husayn bin Ali) dan Qabili yaitu kelompok diluar kaum Sayyid.Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia, yang paling banyak diantaranya adalah:

  • Abud (Qabil) - AbdulAzis (Qabil) - Addibani (Qabil) - Afiff - Alatas (Sayyid) - Alaydrus (Sayyid) - Albar (Sayyid) - Algadrie (Sayyid) - Alhabsyi (Sayyid) - AlHamid - AlHadar - AlHadad (Sayyid) - AlJufri (Sayyid) - Alkatiri (Qabil) - Assegaff (Sayyid) - Attamimi -AlMuhazir
  • Ba’asyir (Qabil) - Baaqil (Sayyid) - Bachrak (Qabil) - Badjubier (Qabil) - Bafadhal - Bahasuan (Qabil) - Baraja (Syekh) - Basyaib (Qabil) - Basyeiban (Sayyid) - Baswedan (Qabil) - Baridwan - Bawazier (Sayyid) - BinSechbubakar (Sayyid)
  • Haneman
  • Jamalullail (Sayyid)
  • Kawileh (Qabil)
  • Maula Dawileh (Sayyid) - Maula Heleh/Maula Helah (Sayyid)
  • Nahdi (Qabil)
  • Shahab (Sayyid) - Shihab (Sayyid) - Sungkar (Qabil)
  • Thalib
  • Bahafdullah (Qabil)

Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia:







1 Al Baar 21 Al Aidid 41 Bin Hud


2 Al Jufri 22 Al Fad’aq 42 Ba’dokh


3 Al Jamalullail 23 Al Ba Faraj 43 Alhasni


4 Al Junaid 24 Ba Faqih 44 Barakwan


5 Al Bin Jindan 25 Al Bal Faqih 45 Al Mahdali


6 Al Jailani 26 Al Qadri 46 Al Hinduan


7 Al Hamid 27 Al- Kaff 47 Al Baiti


8 Al Hadad 28 Al- Muhdhar 48 Bin Syuaib


9 Al Kherid 29 Al Musawa 49 Basyaiban


10 Al Maula Khailah 30 Al Mutahhar



11 Al Maula Dawilah 31 Al Munawwar



12 Al Ba Raqbah 32 Al Hadi



13 Al Assegaf 33 Al Ba Harun



14 Al Bin Semit 34 Al Hasyim



15 Al Bin Sahal 35 Al Haddar



16 Al Syihabuddin 36 Al Bin Yahya



17 Al As- Safi 37 Bin Syekh Abubakar



18 Al Ba Abud 38 Bin Thahir



19 Al Ba Aqil 39 Bin Shihab



20 Al Idrus 40 Bin Hafidz















1 Abbad 41 Assa’di 81 Bakarman 121 Ba Sya’ib 161 Bin Hilabi 201 Bin Syirman
2 Abudan 42 Asy Syarfi 82 Baktir 122 Basyarahil 162 Bin Humam 202 Bin Tahar
3 Aglag 43 Attamimi 83 Baladraf 123 Batarfi 163 Bin Huwel 203 Bin Ta’lab
4 Al Abd Baqi 44 Attuwi 84 Bal Afif 124 Ba Tebah 164 Bin Ibadi 204 Bin Tebe
5 Al Ali Al Hajj 45 Azzagladi 85 Balahjam 125 Bathog 165 Bin Isa 205 Bin Tsabit
6 Al Amri 46 Ba Abdullah 86 Balasga 126 Ba’Tuk 166 Bin Jaidi 206 Bin Ulus
7 Al Amudi 47 Ba’asyir 87 Balaswad 127 Ba Syaiban 167 Bin Jobah 207 Bin Usman
8 Al As 48 Ba Attiiyah 88 Balfas 128 Baweel 168 Bin Juber 208 Bin Wizer
9 Al Bagdadi 49 Ba Awath 89 Baljun 129 Bayahayya 169 Bin Kartam 209 Bin Zaidi
10 Al Bakri 50 Ba Atwa 90 Balweel 130 Bayasut 170 Bin Kartim 210 Bin Zaidan
11 Al Barak 51 Babadan 91 Bamakundu 131 Bazandokh 171 Bin Keleb 211 Bin Zimah
12 Al Barhim 52 Babten 92 Bamasri 132 Bazargan 172 Bin Khalifa 212 Bin Zoo
13 Al Batati 53 Badegel 93 Bamatraf 133 Ba Zouw 173 Bin Khamis 213 Bajrei
14 Al Bawahab 54 Ba Dekuk 94 Bamatrus 134 Bazeid 174 Bin Kuwer 214 Bukra
15 Al Bargi 55 Ba’ Dib 95 Bamazro 135 Bin Abdat 175 Bin Mahri 215 Gahedan
16 Al Bukkar 56 Bafadal 96 Bamu’min 136 Bin Abd Aziz 176 Bin Makki 216 Haidrah
17 Al Falugah 57 Bafana 97 Bana’mah 137 BinAbdsamad 177 Bin Maretan 217 Hamde
18 Al Gadri 58 Bagarib 98 Banafe 138 Bin Abri 178 Bin Marta 218 Harhara
19 Al Hadi 59 Bagaramah 99 Banser 139 Bin Addar 179 Bin Mattasy 219 Hubeisy
20 Al Halagi 60 Bagges 100 Baraba 140 Bin Afif 180 Bin Makhfudz 220 Jawas
21 Al Hilabi 61 Bagoats 101 Baraja 141 Bin Ajaz 181 Bin Mazham 221 Jibran
22 Al Jabri 62 Ba 102 Barasy 142 Bin Amri 182 Bin Muhammad 222 Karamah
23 Al Kalali 63 Bahalwan 103 Barawas 143 Bin Amrun 183 Bin Munif 223 Kurbi
24 Al Kalilah 64 Baharmus 104 Bareyek 144 Bin Anus 184 Bin Mutahar 224 Magadh
25 Al Katiri 65 Bahanan 105 Baridwan 145 Bin Bisir 185 Bin Mutliq 225 Makarim
26 Al Khamis 66 Bahrok 106 Baruk 146 Bin Bugri 186 Bin Nahdi 226 Marfadi
27 Al Khatib 67 Bajruk 107 Basalamah 147 Bin Dawil 187 Bin Nahed 227 Mashabi
28 Al Matrif 68 Baksir 108 Basalmah 148 Bin Diab 188 Bin Nub 228 Mugezeh
29 AlMathori 69 Baktal 109 Basalim 149 Bin Faris 189 Bin On 229 Munabari
30 AlMukarom 70 Banaemun 110 Ba Sendit 150 Bin Gannas 190 Bin Qarmus 230 Nabhan
31 Al Qaiti 71 Baharthah 111 Basgefan 151 Bin Gasir 191 Bin Said 231 Sallum
32 Al Qannas 72 Bahfen 112 Bashay 152 Bin Ghanim 192 Bin Sadi 232 Shahabi
33 Al Rubaki 73 Bahmid 113 Ba’sin 153 Bin Ghozi 193 Bin Sanad 233 Shobun
34 Al Waini 74 Bahroh 114 Ba Siul 154 Bin Gozan 194 Bin Seger 234 Syawik
35 Al Yamani 75 Bahsen 115 Basmeleh 155 Bin Guddeh 195 Bin Seif 235 Ugbah
36 Ambadar 76 Bahweres 116 Basofi 156 Bin Guriyyib 196 Bin Sungkar 236 Ummayyer
37 Arfan 77 Baisa 117 Basumbul 157 Bin Hadzir 197 Bin Syahbal 237 Za’bal
38 Argubi 78 Bajabir 118 Baswedan 158 Bin Halabi 198 Bin Syaiban 238 Zarhum
39 Assaili 79 Bajened 119 Baswel 159 Bin Hamid 199 Bin Syamil 239 Zubaidi
40 Askar 80 Bajerei 120 Baswer 160 Bin Hana 200 Bin Syamlan 240






Bin Ma’tuf Bin Suit Bin Duwais amhar syamlan faluga Bin muhammad gasir dahdah syeban

Selangkah Bersama Rasul Allah SAW

Setiap tahun, di hari-hari bulan Dzulhijjah, jutaan manusia terpanggil untuk menikmati berbagai macam hidangan materi dan maknawi ibadah haji, sehingga kita menyaksikan lautan manusia berkumpul di satu tempat, dengan hati yang penuh dengan kerinduan dan luapan cinta seorang hamba kepada Penciptanya. Hadir di sisi manusia-manusia suci dan manusia-manusia tak tersaingi di sepanjang sejarah, seperti Rasul Allah SAWW, memberikan peluang yang tak terbayangkan nilainya, dalam mencapai jalan kemuliaan. Ibadah haji memberikan pula peluang ini kepada semua mereka yang datang menghadiri pertemuan agung ini, dan bergerak serempak menuju satu tujuan bersama. Ciri khusus gerak ini ialah mengingat Allah dan kebersamaan dengan hamba-hamba-Nya. Sedangkan tujuannya ialah menciptakan benteng yang kuat untuk menghadapi para pembuat kesesatan dan pencari kesempatan untuk menancapkan kuku-kuku imperialisme mereka. Dapat dikatakan hadiah terpenting ibadah haji ialah pengenalan mendalam para penziarah kepada Allah swt. Di hari-hari ini, berbagai tempat suci kota Makkah dan Madinah penuh dengan senandung "labbaik" para pendatang yang memenuhi panggilan ke Rumah Allah.

Madinah adalah pusat lahirnya pemerintahan Islam, yang namanya paling dikenal setelah kota Makkah. Kota yang dulunya bernama Yatsrib ini, berada di sebelah timur laut kota Makkah, dengan jarak sekitar 500 km. Kota Madinah menjadi terkenal dan masyhur di seluruh dunia, setelah Rasul Allah SAWW berhijrah ke kota ini. Rasul Allah SAWW berhijrah ke kota Madinah pada tahun 622 M, dan peristiwa hijrah beliau ini dijadikan sebagai awal perhitungan kalender Islam. Kota Madinah adalah sebuah sejarah. Sejarah kesulitan hidup yang bertahun-tahun, sejarah perjuangan, sejarah kemuliaan dan sejarah kekuatan dan kekuasaan umat Islam. Di Madinah, gambar dan bayangan-bayangan memperoleh jiwa, dan semua kenangan mendapatkan kehidupan. Seolah di hari inilah Rasul Allah SAWW menjejakkan kaki beliau ke kota ini, ketika berhijrah dari Makkah, setelah beberapa hari perjalanan menempuh padang pasir, melewati Quba'.

Penduduk Madinah menyambut kedatangan beliau dengan penuh luapan kerinduan. Sinar matahari yang membakar bebatuan padang pasir, telah menyiramkan cahaya panasnya di atas kepala para musafir ini. salah seorang sahabat mengikatkan ujung jubahnya ke salah satu pohon, dan ujung yang lain ke pohon yang lain, untuk membuat naungan, agar Nabi dapat beristirahat sejenak di bawahnya. Sebelum Rasul Allah SAWW duduk di bawah pohon tersebut, beliau bertanya, "Milik siapakah pohon-pohon ini?" Seorang lelaki menjawab, "Pohon-pohon ini milikku." Rasul Allah ebrtanya, "Apakah engkau mengijinkan kami beristirahat di sini?" Lelaki Arab yang tertegun menyaksikan kerendahan hati dan sopan santun Nabi ini, menjawab, "Wahai Rasul Allah, kapan pun Engkau mau, Engkau dapat beristirahat di bawah pohon-pohon ini."

Dengan demikian, setelah menunjukkan akhlak beliau yang sedmikian tinggi itu, Rasul Allah SAWW telah mengambil langkah pertama untuk membentuk sebuah masyarakat yang bersih, yang penuh dengan nilai-nilai moral yang tinggi. Masyarakat yang akan menciptakanperubahan besar sejarah dan peradaban manusia, serta membuka lembaran baru dalam perjalanan hidup umat manusia.

Salah satu adab, sopan santun atau tatakrama, yang sangat ditakankan untuk dilakukan oleh para penziarah Rumah Allah ialah, berziarah ke makam suci Rasul Allah SAWW, di masjid Nabi, kota Madinah. Menyaksikan jutaan manusia dengan berbagai warna kulit, dari berbagai suku dan negara, menghingatkan kepada partisipasi muslimin generasi eprtama dalam membangun Masjid Nabi, yang bagaikan mutiara, memancarkan cahayanya menerangi kota Madinah.

Majid ini didirikan di bagian timur kota Madinah, dan merupakan masjid yang paling terkenal setelah Masjidil Haram Makkah. Di dalam masjid ini terletak makam suci Rasul Allah SAWW, tempat ziarah para pencinta utusan terakhir ini, yang ingin menumpahkan rasa rindunya. Tanah masjid ini, bekas milik dua anak yatim, yang dibeli oleh Nabi, kemudian dibangunlah masjid di atasnya, yang kemudian dikenal dengan nama Masjid Nabi atau Masjid Nabawi. Seluruh muslimin pada masa itu ikut andil dalam pembangunan masjid ini. muhajirin, Anshar, hitam dan putih, kaya dan miskin, budak dan merdeka, semua bekerja, karena masjid ini merupakan milik bersama, dan Allah swt telah mempersatukan hati mereka semua.

Salah satu anggota masjid ini yang paling aktif ialah Rasul Allah SAWW sendiri. Beliau mengangkat tanah dan batu, memotong kayu-kayu untuk tiang masjid, dan beliau terlibat dalam semua pekerjaan membangun masjid mulia ini. di hari itu, suasana persaudaraan, persamaan, kekompakan, saling percaya, saling mencinta, keimanan kepada Allah yang Esa, memenuhi setiap sudut kota suci Madinah. Suasana seperti itu terulang kembali di hari-hari ini, dan memenuhi segala lpenjuru kota Makkah dan Madinah. Setiap mata memancarkan kasih sayang. Dzikrullah dan munajat kepada-Nya, menebarkan bau harum maknawi ke semua sudut.

Suasana di dalam Masjid Nabi, manusia akan tenggalam kesebuah dunia yang penuh dengan keindahan. Setelah penambahan dan perluasan di sana sini, maka luas Masjid ini sekarang mencapai 100.000 meter, dengan tetap memberikan suasana maknawi yang sangat kental. Di tempat ini, bau harum kehadiran Rasul Allah SAWW akan terasa, seolah beliau hadir di tempat itu, dan sebagaimana biasa, menebarkan senyumnya yang indah kepada semua orang yang hadir di situ. Suara beliau yang lembut terngiang di dalam telinga, mengatakan:

قولوا لا اله الا الله تفلحوا

"Katakahlah "Laa ilaaha illallah" kalian akan menang"

Kalimat pemersatu umat Islam ini bergema dan dilantunkan oleh setiap penziarah Makkah dan Madinah ini, walaupun mereka memiliki kewarganegaraan yang berbeda-beda, bahasa yang berlainan, dan warna kulit yang tidak sama, juga madzhab yang bermacam-macam. Akan tetapi semua perbedaan itu sirna di bawah sinar terang syiar-syiar ibadah haji dan ziarah Rasul, yang mempertautkan setiap hati muslim dengan sedemikian kuat. Di sinilah umat Islam kembali kepada suasana dan kondisi yang sebenarnya, yaitu persatuan, persamaan derajat, saling mengasihi dan saling mencintai.

Di dalam Masjid Nabi, terdapat tiang-tiang yang masing-masing memiliki nama tersendiri. Diantara nama-nama tersebut mengingatkan kita kepada sejarah Islam generasi pertama. Satu diantara semua tiang ini bernama "Murabba'atul Qabr", yang juga disebut dengan nama "Maqaamu Jibril", yang menempel dengan sudut utara makam suci Nabi SAWW. Di tempat inilah pintu rumah Sayidah Fatimah as, putri tercinta Rasul Allah SAWW. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa setiap kali hendak menunaikan salat, Rasul Allah SAWW berdiri di depan pintu rumah Fatimah as, mengajak mereka untuk salat, lalu membacakan Ayat:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah berkehendak untuk menghilangkan kotoran dari kalian,

Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya"

Hari ini, menyaksikan tempat berdirinya tiang ini, membuat kita kembali mengenang peristiwa tersebut, dan petunjuk Rasul Allah SAWW kepada umat beliau agar berpegang kepada dua peninggalan berharga, yaitu Al-Quran dan Ahlul Bait beliau, agar umat beliau terhindar dari segala macam kesesatan.

Di dekat masjid Nabi, terletak pula pemakaman umum muslimin, yaitu Baqi'. Meskipun terlihat sunyi dan sepi, namun pemakan ini menyimpan kisah yang panjang. Di pemakaman Baqi', bersemayam jasad para sahabat mulia Rasul Allah SAWW, putra-putra dan keturunan beliau, ibunda Imam Ali as, istri-istri Nabi, dan para pembesar ulama serta para pejuang Islam. Di Baqi' pula dimakamkan empat manusia suci keturunan Nabi SAWW. Mereka itu ialah Imam Hasan as, Imam Ali Zainul Abidin as, Imam Muhammad Al-Baqir as, dan Imam Ja'far As-Shadiq as. Empat Imam dari 12 Imam suci Ahlil Bait Nabi SAWW, inilah yang membuat pemakaman Baqi' semakin bersinar terang, memancarkan cahaya-cahaya maknawi, yang akan dirasakan hanya oleh para pencinta mereka, dengan cinta yang sebenarnya.

Dapat dikatakan, dengan melaksanakan semua manasik haji, selain membangun diri dan bertaqarrub kepada Allah, seseorang berusaha menapaki kembali jejak Rasul Allah SAWW. Perjuangan Nabi tak lain, mencita-citakan kekuatan Islam; dan ibadah haji, selain mengajak manusia membina keutamaan-keutamaan akhlak, juga menyeru kepada pembinaan persatuan umat Islam, yang akan melahirkan kekuatan, kewibaan dan kejayaan Islam, menghadapi kekuatan-kekuatan para musuh yang tak pernah berhenti menyusun berbagai macam makar untuk menghancurkan agama Ilahi ini.

wassalam

charlie luciano
08-02-2007, 08:32 PM
قولوا لا اله الا الله تفلحوا

"Katakahlah "Laa ilaaha illallah" kalian akan menang"

sorry gak afal, sekedar nambain dari yang ana ingat...

"La Ila ha Ilallah adalah kalimat Ku, maka ia adalah AKU, barang siapa bersama kalimah Ku, maka ia masuk ke dalam benteng Ku"
"Tiada mengenal Kamus kalah bagi Ku dan bagi orang yang beserta dengan nama KU"

Bersama Al-Fath, Rasulullah pun tiada mengenal kamus Kalah !!

aafryan
09-02-2007, 11:12 AM
Air Mata Kerinduan Uwais AlQarani Kepada Rasul saw

Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarani yang berasal dari kabilah Qaran. Uwais Al-Qarani mempunyai jiwa yang bersih dan mulia. Dia seorang yang pintar dan selalu melakukan pencarian makna hidup. Meskipun saat itu dia masih belum mengenal ajaran Islam yang mulia, dia sangat menghormati nilai-nilai mulia kemanusiaan. Di antara sikap dan perilaku Uwais yang paling menonjol sekali ialah penghormatan yang besar terhadap ibunya. Dia bersikap amat lemah-lembut kepada ibunya yang sudah tua dan dia amat mengerti tanggung jawabnya sebagai anak. Dia dapat merasakan kesulitan seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Oleh karena itu, dia melayani ibunya seperti seorang pelayan yang taat dan patuh. Uwais sama sekali tidak melupakan jerih payah ibunya.

Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar bahwa ada seorang nabi yang berhijrah dari kota Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad saaw dan dia ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke Madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.

Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, “Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika ibu mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui Rasul Tuhan itu dari dekat.”



Ibu Uwais yang amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama di sana.”

Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.

Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita ini, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.

Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”

Beberapa hari kemudian Rasulullah saaw pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata, “Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku juga ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kalian yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.

Kami akhir artikel ini dengan mengutip dua hadis Rasulullah saaw:

“Tuhan memanjangkan usia orang-orang yang melakukan kebaikan kepada orang tua mereka.”

“Siapa saja yang menggembirakan hati ibu dan bapaknya, Tuhan juga akan menggembirakan mereka dan siapa saja yang membuat ibu bapa mereka marah, Tuhan juga akan murka terhadap mereka.”

Inilah kiranya ringkasan sejarah penyebaran kaum arab di dunia, terutama di Indonesia. Termasuk juga klasifikasi bebeapa gelar dari keturunan nabi yang dipakai oleh beberapa golongan, serta data beberapa ratus marga arab yang ada di Indonesia.Apabila ada kesalahan dan kekurangan, dimohon adanya koreksi dan informasi masukan tambahan dari para pembaca, sehingga wacana ini semakin valid dan komplit. Silahkan dianalisis secara objektif dan mendalam, semoga berguna. Amin. Terimakasih.

Tiada ulasan: