Kampung Kembali
Disuatu ketika nanti
saat ketentuan yang pasti
kita kan balik kembali ke kampung kembali
suatu ketentuan yang telah dijanji
termetri sejak dari azali
yang seringkali dilupakan
oleh setiap kejadian
yang punya nama dan nyawa
Dikampung kembali itu
menantilah gugusan darah sekelian umat
dijemput diiring dengan gema suara
menerima kedatangan orang yang baru
saling bertanya keadaan sepeninggalannya
Disaat pintu gerbang itu dibuka
diangkat tabir jendela
yg selama ini terhijab dari pandangan
yang selama ini hanya didengari
dari para utusan
dirasa sendiri kesekian kalinya
tika dijemput sipenjaga jendela
sipemutus keinginan dan dunia
sipemutus angan-angan dan cita-cita
datang dengan pelbagai rupa
membawa berita diri dijemput
akan berakhir kunjungan sementara
dengan usia yang sekadar alat perhitungan
berbatang tubuh yang semakin dimamah
sebagai tanda suatu pengakhiran pasti kan tiba
takkan mampu sebarang sangkalan
selagi kita bernama ciptaan
suatu istiadat sarung hikmat
diibarat pemulangan barang keramat
dibersihkan,dimandikan,dipakaikan
laksana bilah keris dipulang
sarung dan hulu pula disemadikan
laksana sirih dipulangkan ke ganggang
sebegitulah sebuah pengertian
bagi yang bernama makhluk ciptaan
dsarung diurus sebaik mungkin
berwangian dengan satu wangian
disiapkan rumah yang sekangkang kera
walau harta menggunung dan pangkat digalas
tetap berumah itu juga
beralaskan tanah
berlandaskan tanah
berdindingkan tanah
berbantalkan tanah
bersendalkan tanah
berhartakan kain putih yang bakalan lusuh
disitulah pengabadian sarung pinjaman
sebagai tempat penzahiran
andai mengerti mata yang memandang
andai mengerti hati yang merasa
andai mengerti telinga yang mendengar
pasti telah dibuat persediaan
saat kembali dengan penuh persediaan
tatkala itu saat dan detik
cuma satu titik perbezaan
bagi yang direntang dengan ruang dan waktu
satu saat kita ada
satu saat kita terpisah
satu saat sarung dipakai
satu saat sarung ditanggalkan
meskikah kita mendabik dada?
dengan barang pinjaman yang ada
dihias dengan pelbagai rupa
yang indah, yang cantik ,yang menarik
bukan kita adanya
segalanya bukan milik kita
kerna kita langsung tak punya apa
usahlah tangguh dengan barang yang ada
kelak ia kan menjadi bala
saat tiada lagi taubat yang dapat
dipersembahkan kerna sarung telah tiada
segala ilmu telah dikurnia
dibaca difahami dan diketahui
apalah salahnya didalami untuk merasai
merasai sendiri bersaksikan mata sendiri
merasai sendiri bersaksikan mata hati sendiri
merasai sendiri bersaksikan telinga kita sendiri
merasai sendiri bersaksikan anggota kita sendiri
itulah kewajiban setiap makhluk
yang bernama manusia
yang dikurnia dengan akal dan fikiran
dihijab dengan nafsu yang meliar
menutupi setiap lubang2 keramat
dari menjadi insanul kamilan
menjadilah buta lagi membutakan
wahai jiwa-jiwa yang ada
kembalilah pada rukun azali
rasailah dengan mata hati
carilah diri sebenar diri
berjumpalah ia sementara terkandung
nafas dirongga kudrat beranggota
carilah..
fahamilah
RASAILAH
Rasailah keberadaan itu
setelah kita kembali sebelum tiba dikampung kembali
pulangkan apa yang ada sebelum dipulangkan segera
segala-galanya itu
adalah suatu penyaksian
akan sebuah tempat penzahiran
rasailah akan penyaksian itu
rasailah akan tempat penzahiran itu
nyatalah kau akan tahu
betapa ketidaktahuan itu
adalah perkara yang dirindu
ihsan lara dari
Ketunggalan mata pena
tulisan yang selalu dipandang
bukan dari mata pena tulisan yang dipandang
bukan dari dakwat yang dipandang
tapi ketelusan darinya itu
yang perlu dipandang, diperhalusi dan ditacapkan
tembus kedalam dada yang satu lagi.......
14.02.2011
3.00pm
Disuatu ketika nanti
saat ketentuan yang pasti
kita kan balik kembali ke kampung kembali
suatu ketentuan yang telah dijanji
termetri sejak dari azali
yang seringkali dilupakan
oleh setiap kejadian
yang punya nama dan nyawa
Dikampung kembali itu
menantilah gugusan darah sekelian umat
dijemput diiring dengan gema suara
menerima kedatangan orang yang baru
saling bertanya keadaan sepeninggalannya
Disaat pintu gerbang itu dibuka
diangkat tabir jendela
yg selama ini terhijab dari pandangan
yang selama ini hanya didengari
dari para utusan
dirasa sendiri kesekian kalinya
tika dijemput sipenjaga jendela
sipemutus keinginan dan dunia
sipemutus angan-angan dan cita-cita
datang dengan pelbagai rupa
membawa berita diri dijemput
akan berakhir kunjungan sementara
dengan usia yang sekadar alat perhitungan
berbatang tubuh yang semakin dimamah
sebagai tanda suatu pengakhiran pasti kan tiba
takkan mampu sebarang sangkalan
selagi kita bernama ciptaan
suatu istiadat sarung hikmat
diibarat pemulangan barang keramat
dibersihkan,dimandikan,dipakaikan
laksana bilah keris dipulang
sarung dan hulu pula disemadikan
laksana sirih dipulangkan ke ganggang
sebegitulah sebuah pengertian
bagi yang bernama makhluk ciptaan
dsarung diurus sebaik mungkin
berwangian dengan satu wangian
disiapkan rumah yang sekangkang kera
walau harta menggunung dan pangkat digalas
tetap berumah itu juga
beralaskan tanah
berlandaskan tanah
berdindingkan tanah
berbantalkan tanah
bersendalkan tanah
berhartakan kain putih yang bakalan lusuh
disitulah pengabadian sarung pinjaman
sebagai tempat penzahiran
andai mengerti mata yang memandang
andai mengerti hati yang merasa
andai mengerti telinga yang mendengar
pasti telah dibuat persediaan
saat kembali dengan penuh persediaan
tatkala itu saat dan detik
cuma satu titik perbezaan
bagi yang direntang dengan ruang dan waktu
satu saat kita ada
satu saat kita terpisah
satu saat sarung dipakai
satu saat sarung ditanggalkan
meskikah kita mendabik dada?
dengan barang pinjaman yang ada
dihias dengan pelbagai rupa
yang indah, yang cantik ,yang menarik
bukan kita adanya
segalanya bukan milik kita
kerna kita langsung tak punya apa
usahlah tangguh dengan barang yang ada
kelak ia kan menjadi bala
saat tiada lagi taubat yang dapat
dipersembahkan kerna sarung telah tiada
segala ilmu telah dikurnia
dibaca difahami dan diketahui
apalah salahnya didalami untuk merasai
merasai sendiri bersaksikan mata sendiri
merasai sendiri bersaksikan mata hati sendiri
merasai sendiri bersaksikan telinga kita sendiri
merasai sendiri bersaksikan anggota kita sendiri
itulah kewajiban setiap makhluk
yang bernama manusia
yang dikurnia dengan akal dan fikiran
dihijab dengan nafsu yang meliar
menutupi setiap lubang2 keramat
dari menjadi insanul kamilan
menjadilah buta lagi membutakan
wahai jiwa-jiwa yang ada
kembalilah pada rukun azali
rasailah dengan mata hati
carilah diri sebenar diri
berjumpalah ia sementara terkandung
nafas dirongga kudrat beranggota
carilah..
fahamilah
RASAILAH
Rasailah keberadaan itu
setelah kita kembali sebelum tiba dikampung kembali
pulangkan apa yang ada sebelum dipulangkan segera
segala-galanya itu
adalah suatu penyaksian
akan sebuah tempat penzahiran
rasailah akan penyaksian itu
rasailah akan tempat penzahiran itu
nyatalah kau akan tahu
betapa ketidaktahuan itu
adalah perkara yang dirindu
ihsan lara dari
Ketunggalan mata pena
tulisan yang selalu dipandang
bukan dari mata pena tulisan yang dipandang
bukan dari dakwat yang dipandang
tapi ketelusan darinya itu
yang perlu dipandang, diperhalusi dan ditacapkan
tembus kedalam dada yang satu lagi.......
14.02.2011
3.00pm
Tiada ulasan:
Catat Ulasan