Rabu, 30 Jun 2010

Persada Pawajingga Nutur Mawunku

Bagai layar bahtera aku jadinya
dihembus angin ke merata arah
aku sendiri
tanpa sesiapa
sahabat handai


rakan taulan mahupun keluarga
yang ada hanya Dia

Bagai pendayung sampan
aku didayung kesana kemari
menongkah arus
terkadang memeritkan
kerna aku cuma pendayung
buatan kayuan biasa

Aku terkhilaf terkadang
melihat diri nan usang
bergejolak runtun mawarsita jingga
ditabir gelora malam purnama
disepi itu aku berbicara
pada tuan yang tak bernama

alkisah menutur tiadalah bisa
merungkai peribadi akukah ia
sang raja arjuna tapa
dimana duduk disitulah dia
di lantera pujangga adu nestapa
tiada terperi bagai bahasa

ahhh...
dua kali lima lantai ku pukul
jemari tersantun dilimat kali aduh persaktiannya
kanjang dilipur satu persatu bak azimat
mengadu pada jari-jari keramat
dipersudah getar dimata ku siat
sang tari merungkai liuk jemari
melara kesekian kalinya disini
dengan luka harap disembuh
mengering air mata nan tiada
meresap darah luka pun tiada
namun sakit itu semakin ku rasa
kemudian hilang lenyap tiada
sifatku meminjam pada peminjam
ku pulang semula kerna aku tak ada

Huuuuuuuuuuu.........
lantas ujung jariku semakin tersentuh
rentan jeritku semakin sayu
siapakah aku dialam inderaloka ini
wajah tertera semakin banyak
menghilang yang banyak dalam satu

Huuuuuuuu...
Aku adalah engkau
tetapi engkau bukanlah aku
aku adalah aku
tanpa nama
tanpa suara
tanpa tika
tanpa disitu
mahupun disini
atau disana

Lantas
aku menyaksi dua bola mata tak berfungsi
nyata bukan hanya ilusi bahkan tak berpaksi
rona saksi berputar2
kosong

lantas
semakin ku tahu...semakin aku bingung
semakin ku kenal ..semakin aku karam
semakin ku faham...semakin aku hilang

Bila sudah tahu...?
..................................
..................................
..................................
..................................


            ( . )

Tiada ulasan: